Kisah Remaja Imigran Muslim dalam Film Blinded By The Light (2019)

79

Berawal dari diari yang diberikan seorang sahabat yang tidak menginginkan diari tersebut, Javed Khan, seorang imigran muslim menemukan kepuasan dalam menulis. Beranjak remaja, Javed tidak hanya menulis diarinya. Ia juga menulis puisi, dan lirik lagu untuk sahabat masa kecilnya itu. Dalam menulis, Javed menemukan apa yang menjadi impiannya, yang tidak hanya berliku untuk meraihnya, dan kecintaannya pada karya Bruce “The Boss” Springsteen.

Blinded By The Light (2019) adalah film yang mengetengahkan dua konflik yang dialami oleh Javed (diperankan oleh Viveik Kalra). konflik pertama adalah impiannya menjadi penulis, yang tidak disetujui oleh sang ayah, Malik (Kulvinder Ghir). Malik ingin Javed memiliki pekerjaan yang lebih mendatangkan kekayaan, seperti akuntan atau agen real estate.

Baca juga: Mengapa Islamophobia Terjadi di Negeri Barat dan Efeknya di Selandia Baru?

Konflik kedua adalah persoalan identitas. Malik adalah imigran muslim dari Pakistan. Ia bermigrasi dan tinggal di Luton, Inggris untuk memperoleh penghidupan yang layak untuk dirinya dan keluarganya. Cara berfikirnya sederhana: untuk bertahan hidup, seseorang harus bekerja keras. Kehidupan Malik di luar pekerjaannya adalah berkumpul dengan imigran Pakistan lainnya dan beraktivitas di masjid.

Malik berbeda dengan Javed. Javed tumbuh menjadi remaja di Luton. Ia sejak kecil bersahabat dengan Matt yang berkulit putih (Dean Charles Chapman). Ia menyukai kegiatan menulis dan menyukai musik populer. Kemanapun Javed pergi, ia membawa piranti untuk menyimak musik, walkman, dengan earphone menggantung di leher. Kesukaannya kepada musik membuka pintu untuk menggilai karya-karya Bruce Springsteen, yang lagu-lagunya diperkenalkan oleh sahabatnya lain, Roops (Aaron Phagura).

Javed merasa bebas untuk bergaul dengan siapapun dan jatuh cinta dengan siapa saja. Hatinya berbunga setiap kali melihat seorang perempuan kulit putih yang non-muslim di kelas sastranya, Eliza (Nell Williams). Mereka bahkan sempat bercumbu mesra di ruang tamu rumah Javed.

Gurinder Chadha, sutradara film ini, memvisualisasikan Javed begitu “barat”. Dibandingkan dengan Roops, Javed masih “kalah” tradisionalnya. Roops masih memakai turban dalam kesehariannya. Javed, termasuk Roops, adalah generasi muda Asia di era Thatcher yang menerima identitas ke-Inggris-an (British Asian atau Asian Briton).

Perbedaan antara Javed dan Malik adalah perbedaan antara dua generasi yang berbeda, yang dalam film ini dieksploitasi oleh Chadha. Javed yang tidak mempermasalahkan persoalan Timur dan Barat dan Malik yang cara berpikirnya sederhana dan berorientasi ke Timur. Konflik ini memuncak pada impian Javed untuk menjadi penulis dan memperoleh penentangan yang keras dari Malik, meskipun tulisan Javed tentang tuntutan sebagian masyarakat Luton untuk menutup masjid menjadi berita utama headline di halaman pertama koran The Herald.

Tetapi, karakter Malik menyimpan ambivalensi dalam memandang Inggris. Inggris, bagi seorang Malik muda, adalah harapan masa depan yang lebih baik untuk keluarganya ketimbang bangsa dan negaranya, Pakistan. Karena itu, ia dan keluarga bermigrasi ke Inggris.

Di sisi lain, ia tidak selalu memiliki pandangan positif tentang Inggris.Sebagai imigran dari Pakistan, ia dan kerabat kerap memperoleh diskriminasi, penghinaan, dan perundungan. Di masa krisis ekonomi, pabrik tempat Malik bekerja memintanya untuk pensiun dini. Mimpinya sebagai imigran muslim hancur berantakan dan ia menyimpan kemarahan. Tapi, sebagai imigran, ia harus tahu diri dan menelan kemarahan itu.

“Kita harus merendahkan diri kita,” ujar Malik kepada Javed.

Pertanyaannya adalah apakah Javed telah sepenuhnya mengadopsi identitas British Asian? Di sini, Chadha tampaknya berusaha berhati-hati. Ia sepertinya tidak membiarkan karakter Javed untuk sepenuhnya menjadi orang Inggris. Sebetulnya, agak mustahil bagi seseorang untuk sepenuhnya tercerabut dari akarnya dan menjadi individu berbeda. Ia akan secara selektif mengambil apa yang esensial dari akarnya untuk diri dan identitasnya dan secara kreatif memadukannya dengan identitas baru.

Begitu pula Javed. Lingkungan di luar rumah membentuk diri Javed. Apa yang Javed lihat, dengar, dan rasakan memberikannya makna menjadi Inggris. Malik memberikan ruang yang cukup lebar bagi Javed untuk memaknai dirinya sebagai orang Inggris. “Aku memberikanmu kebebasan, kan?” ujar Malik.

Tetapi, Javed juga lahir dan besar bersama kedua orangtuanya. Nilai, norma, etika, dan budaya dari kedua orangtuanya ada dalam dirinya. Keluarga adalah hal penting dan utama. “Makna dari menjadi dibutakan adalah aku tidak dapat melihat betapa diriku seperti ayahku dan ayahku seperti diriku,” ujar Javed saat memaknai lirik lagu Springsteen, yang juga menjadi judul film ini, Blinded by The Light.

Baca juga: Integrasi Imigran Muslim di Jerman dan Trauma Minoritas Masa Lalu

Dengan kata lain, Chadha ingin berpesan bahwa memelihara satu tradisi tidak berarti mengorbankan tradisi lainnya. Dua tradisi (atau lebih) dapat berjalan beriringan dan saling berkelindan satu sama lain, meskipun tidak dapat dipungkiri ada unsur-unsur dari dua tradisi tersebut yang saling bertentangan. Bagaimanapun, pertentangan tersebut masih dapat didialogkan dan dinegosiasikan.

Blinded by The Light bisa dikatakan sebagai film yang menceritakan kehidupan seorang pengagum Bruce Springsteen. Penggemar Springsteen akan dimanjakan oleh lagu-lagunya The Boss, seperti Blinded by The Light, Born To Run, The Promised Land dan sebagainya. Sebagai sutradara imigran dari India, Chadha pun menyisipkan tarian massal ala film India, dengan diiringi oleh salah satu hits terbesar Springsteen, Born To Run.

Kekurangan film ini adalah karakter Javed yang nyaris tidak memiliki jejak yang memperlihatkan dirinya adalah seorang imigran muslim—kecuali, tentunya ayahnya adalah seorang muslim. Ia tidak pernah terlihat mendirikan shalat atau penanda apapun sebagai seorang muslim. Mengapa Chadha menampilkan karakter Javed seperti itu? Apakah Chadha ingin menegaskan identitas British Asian seorang Javed? Ataukah Chadha ingin menampilkan kenyataan seorang British Asian, seperti Javed sebagaimana adanya?

Apapun itu, sulit untuk tidak mengiyakan teguran keras Malik kepada Javed saat dirinya mengatakan ia ingin menyuarakan kepentingan umat Islam di masjid Luton lewat The Herald: “Apa yang kamu ketahui tentang Islam?”[]

 

Blinded by The Light

Sutradara: Gurinder Chadha / Produser: Jane Barclay, Gurinder Chadha, Jamal Daniel / Naskah: Paul Mayeda Berges, Gurinder Chadha, Sarfraz Manzoor / Pemeran: Viveik Kalra, Kulvinder Ghir, Dean Charles Chapman, Aaron Phagura, Nell Williams / Durasi: 117 menit.