Aksi Teror Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Bakar Rumah Tempat Ibadah, Tewaskan Empat Warga Sigi

66

Tragedi kemanusiaan kembali terjadi di Indonesia. Satu keluarga di dusun Tokolemo Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dibunuh dengan keji oleh kelompok yang diduga Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora. Aksi pembunuhan yag terjadi pada Jumat (27/11) lalu pada 09:00 WITA merenggut empat nyawa dari satu keluarga yang semuanya beragama Kristen.

Berdasarkan keterangan dari Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso yang dilansir oleh Tirto.id memastikan pelaku kekerasan tersebut diduga dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berbasis di Poso.

“Dari keterangan saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kita konfirmasi dengan foto-foto, DPO MIT Poso, ada kemiripan,” demikian keterangan Baso dilansir oleh Tirto.id.

Dilansir CNN Indonesia, Setara Institute menyebut kelompok yang melakukan aksi pembunuhan terhadap 4 warga di Kabupaten Sigi tersebut adalah Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora yang belum berhasil ditumpas Satgas Tinombala. Secara letak geografis, Kabupaten Sigi bersebelahan dengan Kabupaten Poso dan masih menjadi lingkup teritori MIT melancarkan aksi terornya.

Pada aksi teror yang terjadi pada Jumat kemarin, MIT secara keji membunuh Naka, Pedi, Yasa, Pinu yang semuanya beragama Kristen. Tidak hanya itu, kelompok teroris MIT juga membakar pemukiman warga yang menghancurkan enam rumah warga, dan satu rumah tempat pelayanan ibadah warga.

Riwayat kekejaman kelompok MIT ini bukan baru kali ini terjadi. Dalam penelitian yang secara khusus dilakukan oleh Institut Mosintuwu yang berbasis di Poso, Sulawesi kelompok Mujahidin Indonesia Timur melakukan aksi pembunuhan kejinya secara acak, tanpa memandang agama atau suku.

Pada periode Januari sampai November tahun 2020, kelompok MIT telah membunuh empat orang warga kabupaten Poso. Pada 8 April 2020, kelompok MIT melakukan pembunuhan pada Daeng Tapo dan pada 19 April 2020 merenggut nyawa Ajeng, yang keduanya adalah Muslim. Selanjutnya, pada 8 Agustus 2020 mereka membunuh Agus Balumba yang beragama Kristen. Pada 3 September 2020, mereka juga membunuh Wayan Astika yang beragama Hindu.

Lebih jauh lagi, menurut Institut Mosintuwu, rangkaian teror yang dilakukan oleh MIT ini menimbulkan rasa tidak aman bagi para petani, terutama mereka yang tinggal di area perkebunan pinggir hutan. Akibatnya, ratusan hektar kebun di wilayah Kabupaten Poso ditinggalkan.

Masih dari rilis Institut Mosintuwu, petani ada dalam posisi terjepit. Mereka dicurigai oleh polisi sebagai bagian dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Sementara di sisi lain, petani dicap sebagai banpol (bantuan polisi) oleh kelompok MIT sehingga mereka terjebak pada posisi yang serba sulit. Padahal keberadaan petani sangat vital sebagai garda pertama ketahanan pangan masyarakat Sulawesi Tengah. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini pangan merupakan sumber utama bertahan di masa sulit.