Anggota DPRD Kota Makassar Abdul Wahid Ajak Warga Pandai Kelola Sampah

83

MAKASSAR – Anggota DPRD Kota Makassar, Abdul Wahid meminta warga atau masyarakat agar lebih pandai dalam mengelola sampah. Hal itu dia tegaskan saat menggelar Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, di Hotel Dalton, Minggu (30/5/2021).

Menurut dia, tingkat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah di Kota Makassar masih minim. Padahal jika dikelola dengan baik, kata dia, sampah masyarakat yang hendak dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa bermanfaat dan bernilai ekonomis.

“Ini yang perlu menjadi kesadaran buat masyarakat, pemerintah juga harus rutin melakukan edukasi supaya masyarakat paham tentang

Dia katakan pengelolaan sampah. Mana sampah yang bernilai ekonomis, dan mana yang betul-betul sampah,” kata Wahid.

Legislator PPP itu mengatakan masyarakat sudah seharusnya ikut andil dalam penanganan sampah. Salah satunya dengan memilah sampah yang hendak dibuang ke TPA. Apalagi kondisi TPA saat ini cukup memprihatinkan, lahan yang ada tidak mampu menampung sampah yang dibuang masyarakat atau overload. Butuh tambahan lahan.


“Saya pikir ini yang mesti ada edukasi secara terus-menerus supaya ada kesadaran masyarakat. Jadi sampah yang dibuang ke TPA itu betul-betul sampah sudah tidak bisa lagi dikelola,” ungkap dia.

Sedangkan sampah yang memiliki nilai ekonomis bisa dijual di Bank Sampah. Terlebih Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar sudah menyiapkan anggaran untuk membeli sampah hasil pilahan masyarakat. Sehingga jangan lagi ada sampah yang masih memiliki nilai tapi dibuang ke TPA.

“Kita minta bank-bank sampah yang ada di RT/RW, kelurahan itu diaktifkan kembali. Seandainya, masyarakat sadar lebih awal, kita mungkin tidak mesti repot-repot di TPA. Jadi yang terbuang tidak lagi ada nilai ekonominya,” ucap Wahid.

Pada kesempatan itu, turut hadir Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup, Iskandar dan Camat Tamalanrea Kaharuddin Bakti sebagai pemateri. Kata Iskandar, keberadaan Bank Sampah cukup membantu perekonomian masyarakat. Sebab, hasil pilahan sampah bisa dijual di Bank Sampah. Bisa juga, sampah tukar beras ataupun sembako lainnya.

“Dulu, tiap tahun kita anggarkan Rp2 miliar untuk membeli sampah masyarakat. Tapi 2020, anggaran kita direfokusing karena Covid-19 sehingga cuma Rp300 juta. Itu pun setelah dikelola, kita bisa dapat, Rp1,5 miliar,” ujar Iskandar.

Artinya, masyarakat tidak boleh memandang sampah hanya sekadar barang yang tidak memiliki nilai. Sebab ada puluhan jenis sampah yang bisa dipilah dan bisa menghasilkan rupiah. Sehingga beberapa bentuk kegiatan pengelolaan sampah di masyarakat perlu untuk diaktifkan kembali.

“Saya mau kita bicara bahwa ini (sampah) ada nilanya, sampah basah ada nilainya dan sampah kering ada nilainya. Kalau semua sampah ada nilainya, berarti tinggal sedikit sampah yang kita buang ke TPA,” papar dia. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here